Sinopsis
"KETIKA rombongan bus tinggal empat buah, hatiku benar-benar berdegup kencang. Ada keraguan. Ada ketakutan. Jadi enggak ya, nggandol montor muluk ke Makkah? Jadi enggak, jadi enggak, jadi enggak. Sifat ragu itu kemudian kupupus dengan tekad yang sudah kuniatkan sejak dari rumah. Akupun memilih ikut nggandol pesawat haji. Cuma, caranya gimana, agar bisa masuk mendekati rombongan haji itu? Kulihat ada pagar besi yang disandarkan begitu saja pada sebuah tembok yang belum jadi. Rupanya, pagar yang hanya setengah meter itu nantinya dipakai sebagai pembatas antara terminal dan ruang bagian luar Juanda. Di tempat itulah, siang tadi kulihat para pekerja bangunan keluar masuk. Akupun ikut-ikutan masuk melalui pintu ini dengan jalan melompati pagar dengan mudah." PELAJARAN menarik yang juga bisa didapat dari karya jurnalistik Ita ini adalah: pahlawan bisa jadi penjahat dan penjahat bisa jadi pahlawan ternyata dimungkinkan oleh karya jurnalistik yang hebat. Tokoh dalam buku ini mestinya, secara teknis hukum, tergolong seorang "penjahat". Dia naik pesawat secara ilegal. Dalam term sekarang bisa jadi dia sudah di masukkan golongan teroris. Tapi Ita dalam pengungkapan kasus ini, demikian berhasilnya sehingga si "penjahat" menjadi "pahlawan". Berkat apa yang dilakukan Ita, bahkan si tokoh akhirnya benar-benar bisa sampai ke Makkah. Ita dalam hal ini benar-benar bukan wartawan biasa. Dia bisa membedakan apa itu "penjahat" dan "penjahat". Tokoh dalam buku ini adalah orang kecil yang miskin yang punya mimpi besar: dan Ita dengan segala lika-likunya adalah orang yang bisa menjadi sarana tercapainya sebuah mimpi yang sebenarnya langka itu.